TENAGA KERJA DALAM PERSEPKTIF ISLAM


NAMA                : NOOR KHOLIFAH
NIM                    : 1617202112/ 4 PSY C
MATA KULIAH : TAFSIR HADIS EKONOMI MAKRO



  • PENDAHULUAN


Tenaga kerja sangat dibutuhkan di dalam organisasi atau perusahaan, tenaga kerja khususnya adalah tenaga kerja manusia atau bisa dikatakan sebagai sumber daya manusia yaitu sumber daya yang paling aktif berperan dalam menghasilkan sesuatu yang dapat digunakan oleh orang banyak.
Tenaga kerja mengolah dan mengeksploitasi sumber daya alam yang tersedia sehingga menghasilkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan orang banyak.
Banyak negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah tetapi mereka masih terbelakang dan justru hanya menjadi negara yang berkembang, karena sumber daya manusianya yang kurang tekun dalam mengelola kekayaan alamnya. Tenaga kerja dalam perespektif islam , salah satunya tertuang  dalam Al Quran surah An-Najm ayat 30 yang artinya “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya”.
Bahwa siapa yang bekerja keras akan mendapatkan hasilnya masing-masing. Islam mengajarkan untuk bekerja keras, dan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa menyulitkan orang lain, bahkan perlu untuk membantu orang lain, jika kita tidak bekerja, tidak dapat memenuhi kebutuhan pribadi, bagaimana kita akan membantu orang lain. Maka dari itu penting untuk dibahas mengenai tenaga kerja dalam perspektif islam, sehingga kita dapat berperilaku dan bekerja dengan baik sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam makalah ini akan dikaji ayat Al-Quran yang berkenaan dengan tenaga kerja dengan menggunakan metode tafsir Ijmali. Dimana secara singkat metode ini menafsirkan ayat secara global, dengan pemaknaan yang tidak mendalam.

   
  • PEMBAHASAN


A.    AYAT AL –QURAN
Ayat Al-Quran yang akan ditafsirkan adalah QS: Al Balad ayat 4, yang berbunyi :

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ

Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”.

B.     METODE TAFSIR
Metode tafsir yang digunakan adalah metode tafsir Ijmali, yaitu menjelaskan ayat al-Quran secara global dari ayat ke ayat mengikuti tertib mushaf. Yang mana pembahasannya secara populer tidak terlalu mendalam , yang dapat diresap oleh orang-orang yang hanya mempunyai bekal ilmu pengetahuan sedikit, sebagai konsumsi untuk orang awam.[1] Diantara contohnya adalah tafsir jalalayn dan al-Bayan Tafsir ash shiddieq.
Adapun karakteristik tafsir Ijmali adalah dibahas dengan mengikuti urutan mushaf, ditafsirkan secara global, dangkal dan hanya meliputi yang ditunjuk oleh ayat sehingga dapat terdiri atas beberapa topik sesuai dengan ayat yang sedang dibahas dan dipaparkan secara deskriptif. [2]

C.    TAFSIR Q.S AL BALAD AYAT 4
Dalam tafsir Al Quran ayat ke-4 dari surat al balad ini adalah Allah menerangkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan kesusahan. Baik itu kesusahan atau kepayahan secara fisik berupa penyakit-penyakit yang diderita oleh manusia sendiri atau kepayahan psikis. Penuh dengan penderitaan dan merasakan berbagai musibah di dunia, di alam barzakh dan pada hari Kiamat. Oleh karena itu, sepatunya ia berusaha melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan penderitaan itu dan mendatangkan kegembiraan serta kesenangan selama-lamanya. Jika ia tidak melakukannya, maka ia akan senantiasa dalam penderitaan.
Bisa juga maksudnya adalah bahwa Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; dia ditakdirkan untuk dapat bertindak dan melakukan pekerjaan yang berat, namun sayang dia tidak bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala terhadap nikmat yang besar itu, bahkan bersikap angkuh dan sombong dengan keadaannya kepada Penciptanya. Cukuplah sebagai bukti kebodohan dan kezalimannya ketika ia menyangka bahwa keadaan itu akan tetap langgeng padanya dan bahwa kemampuannya akan terus dimilikinya.
Menurut tafsir Quraish Shihab adalah bahwa kami telah menciptakan manusia dalam keadaan sulit dan payah, sejak lahir sampai akhir khayatnya. Ini mengajarkan bahwa kita harus terus bekerja keras dan tekun hingga dapat tertanggulangi segala kesukaran.

D.    REFLEKSI AYAT
Didalam ayat Q.S Al Balad ayat 4 tersebut, kita dianjurkan untuk bekerja keras untuk mencapai tujuan yang kita rencanakan, termasuknya adalah untuk memenuhi kebutuhan. Serta manusia diharapkan dapat menanggung segala kesukaran dalam hidup termasuknya adalah dalam hal tenaga kerja, Rasululah senantiasa menyeru kapada umatnya untuk bekerja keras dan janganlah selalu mengandalkan kelebihan yang dimiliki, hingga haruslah seseorang bekerja dengan tekun. Bekerja keras atau etos kerja mutlak diperlukan oleh tenaga kerja. Islam mencela orang yang mampu untuk bekerja dan memiliki badan yang sehat tetapi tidak mau berusaha keras. Seorang muslim harus dapat memanfaatkan karunia Allah SWT yang berupa kekuatan dan kemampuan diri untuk bekal hidup yang layak di dunia-akhirat. Etos kerja yang tinggi merupakan ceriminan diri seorang muslim.
Dalam Islam, buruh bukan hanya suatu jumlah usaha atau jasa abstrak yang ditawarkan untuk dijual pada para pencari tenaga kerja. Mereka yang mempekerjakan buruh mempunyai tanggung jawab moral dan sosial. Dalam kenyataannya, seorang pekerja modern memiliki tenaga kerja yang berhak dijualnya dengan harga setinggi mungkin (upah tinggi). Tetapi dalam Islam ia tidak mutlak bebas untuk berbuat apa saja yang dikehendakinya dengan tenaga kerjanya itu. Baik pekerja maupun majikan tidak boleh saling memeras.Tenaga kerja dalam islam, pekerja  tidak mutlak bebas untuk berbuat apa saja yang dikehendakinya dengan tenaga kerjanya itu. Baik pekerja maupun majikan tidak boleh saling memeras, walaupun diperintahkan untuk bekerja keras.
Bekerja keras atau etos kerja mutlak diperlukan oleh tenaga kerja. Islam mencela orang yang mampu untuk bekerja dan memiliki badan yang sehat tetapi tidak mau berusaha keras. Seorang muslim harus dapat memanfaatkan karunia Allah SWT yang berupa kekuatan dan kemampuan diri untuk bekal hidup yang layak di dunia-akhirat. Etos kerja yang tinggi merupakan ceriminan diri seorang muslim.[3]


  • KESIMPULAN


Dalam surat Al Balad ayat 4 ini dapat diambil kesimpulan mengenai tenaga kerja dalam perspektif islam adalah bahwa manusia diciptakan berada dalam susah payah, oleh karena itu manusia harus selalu bekerja keras dan tidak dianjurkan kepada manusia selalu mengandalkan segala kelebihan yang dimiliki.
Dalam Islam, buruh bukan hanya suatu jumlah usaha atau jasa abstrak yang ditawarkan untuk dijual pada para pencari tenaga kerja. Mereka yang mempekerjakan buruh mempunyai tanggung jawab moral dan sosial. Dalam kenyataannya, seorang pekerja modern memiliki tenaga kerja yang berhak dijualnya dengan harga setinggi mungkin (upah tinggi). Tetapi dalam Islam ia tidak mutlak bebas untuk berbuat apa saja yang dikehendakinya dengan tenaga kerjanya itu. Baik pekerja maupun majikan tidak boleh saling memeras.Tenaga kerja dalam islam, pekerja  tidak mutlak bebas untuk berbuat apa saja yang dikehendakinya dengan tenaga kerjanya itu. Baik pekerja maupun majikan tidak boleh saling memeras, walaupun diperintahkan untuk bekerja keras.

  • DAFTAR PUSTAKA

Diana.Ilfi Nur.2008.Hadis Hadis Ekonomi.Malang:UIN Malang Press.
Mukhtar.Naqiyah.2013.ULUMUL QURAN.Purwokerto:STAIN Press.
www.tafsirq.com 




[1]  Naqiyah Mukhtar. Ulumul Qur’an.(Purwokerto:STAIN PRESS, 2013). Halm. 173
[2]  Naqiyah Mukhtar. Ulumul Qur’an.(Purwokerto:STAIN PRESS, 2013). Halm. 174
[3]Ilfi Nur Diana. Hadis Hadis Ekonomi.Malang:UIN Malang Press.2008.hlm 209

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS UNIVARIAT, BIVARIAT DAN MULTIVARIAT

Distribusi Poisson dan Penerapannya Dalam Kehidupan Sehari-hari

Penerapan Statistika Dalam Kehidupan Sehari-hari (Fitri Hidayatuz Zahroh)