Human Error Inflation. Tafsir Surah Ar-rum ayat 41 (Mohamad Ilham.1617202110)


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir dan Hadis Ekonomi Makro
Dosen Pengampu :
Dr.Hj. Naqiyah, M.Ag.
                   Disusun Oleh :         
                  Mohamad Ilham S (1617202110)



          BAB I  
                                                            PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam makalah ini, Saya akan menulis dan membahas ayat dan hadist yang digunakan dalam tugas makalah kelompok saya. Dalam tulisan di makalah tersebut bahwa saya akan mengambil bagian pembahasan dengan subbagian: Humman Error Inflation. Kemudian, seberapa pentingkah pembahasan tentang Humman Error Inflation? Dalam kehidupan, manusia tak pernah lepas dengan perkara-perkara kejahatan, baik dalam dunia politik,ekonomi,sosial, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat kebrukan dengan berbagai kepentigan yang melingkupi dirinya. Salah satu kejahatan yang hampir menjadi budaya adalah korupsi. Dalam islam korupsi adalah suatu hal yang dosa, karena korupsi dapat mengakibatkan kerusakan dan kemudaratan.
Pencetakan uang yang berlebih bisa dapat menyebabkan keruskan karena telah terjadinya sebuah inflasi dari segi keuangan, karena pencetakan uang yang berlebih bisa mengakibatkan tidak optimaslnya peredaran uang yang terjadi. Menurut saya sangat penting kita mengetahui apa itu Humman Error Inflation dan juga Korupsi dalam islam. Kemudian, metode yang akan saya gunakan adalah metode Tahilli. Metode Tahili digunakan dalam tafsir ibnu katsir.
 Tafsir Tahilli  adalah penafsiran ayat Al-Quran dari segala seginya dengan mengikuti urutan mushaf dengan meneliti arti mufradat-nya, kandungan makna, dan tujuan pembicaraannya di dalam tiap-tiap susunan katanya, munasabat antar ayat-ayatnya, menggunakan bantuan asbab an-nuzul, sunah Rasul, aqwal sahabah dan tabi’in.[1]   
Adapun kelebihan-kelebihan dari metode ini adalah :
1.      Metode Tahili  banyak digunakan oleh para mufassir, terutama pada zaman klasik dan pertengahan.
2.      Penafsiran terhadap suatu ayat dapat dilakukan seluas mungkin, dengan tinjauan dari berbagai sudut dan aspeknya.
3.      Penafsiran terhadap suatu ayat dapat dilakukan secara tuntas, baik dari sudut bahasa, sejarah sebab nuzulnya, munasabahnya dengan ayat atau surah lain, maupun kandungan isinya.
Adapun kekurangan-kekurangan dari metode ini adalah :
1.      Metode ini tidak dapat menyelesaikan secara tuntas suatu pokok bahasan.
2.      Terkesan agak mengulang-ulang sehingga menghambat perkembangan pemikiran islam.
3.      Para mufassir yang menggunakan metode ini umumnya pasif, karena al-quran hanya ditonjolkan arti harfiahnya, mencatat sejauh kemampuannya, membatasi dirinya terhadap pengungkapan arti ayat-ayat al-quran secara terinci.[2] Dari buku yg satunya.

                                                               BAB II
                                                       PEMBAHASAN

1.    Humman Error Inflation
     Humman Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.[3] Dalam perspektif ekonomi islam dalam pemikiran Al-Maqrizi Human Error Inflation, selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada naturan inflation, maka inflasi-inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan sebagai human error inflation human error inflation atau false inflation. Human Error Inflation  dikatakan sebagai inflasi yang disebabkan kesalahan-kesalahan dari manusia itu sendiri.
 Al-Maqrizi menyatakan bahwa inflasi dapat terjadi akibat kesalahan manusia. Ia menganalisis, ada tiga hal utama yang baik secara sendiri-sendiri atau pun bersama-sama menjadi penyebab terjadinya inflasi. Ketiga hal tersebut adalah: (1) Korupsi dan Administrasi yang Buruk, (2) Pajak yang Berlebihan, dan (3) Peningkatan Sirkulasi Mata Uang Fulus. Bab berikut ini akan mencoba memaparkan relevansi antara konsep inflasi milik Al-Maqrizi dengan konsep modern positivistik, sembari mencari dan membandingkan konsep manakah yang lebih komprehensif dan tepat, dengan menggunakan metoda analisis komparatif. Administrasi yang buruk .



(sesuai dengan QS Ar-rum 30:41).
Berikut  Qur’an surah Ar- rum ayat 41:
   يَرْجِعُونَ لَعَلَّهُمْ عَمِلُوا الَّذِي بَعْضَ لِيُذِيقَهُمْ النَّاسِ أَيْدِي كَسَبَتْ بِمَا وَالْبَحْرِ ي الْبَرِّ فِ الْفَسَادُ ظَهَرَ
Artinya:
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
2.    Penjelasan Ayat dalam Tafsir Ibnu Katsir/ Metode Tafsir

( QS. Surah Ar-rum ayat 41) :
يَرْجِعُونَ لَعَلَّهُمْ عَمِلُوا الَّذِي بَعْضَ لِيُذِيقَهُمْ النَّاسِ أَيْدِي كَسَبَتْ بِمَا وَالْبَحْرِ ي الْبَرِّ فِ الْفَسَادُ ظَهَرَ
Artinya:
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Ibnu’Abbas, ‘Ikrimah, adh-Dhahhak, as-Suddi dan lain-lain berkata : “Yang dimaksud dengan الْبَرِّ di dalam ayat ini adalah hamparan padang yang luas. Sedangkan yang dimaksud Al-Bahri adalah kota-kota dan kampong-kampung.” Dan di dalam satu riwayat, Ibnu ‘Abbas dan ‘Ikrimah berkata “Al-Bahri adalah kota-kota dan kampong-kampung yang berada di sisi pantai.” Sedangkan ulama lain mengatakan : “Yang dimaksud لْبَرِّ di sini adalah daratan yang kita kenal dan Al-bahri adalah lautan yang kita kenal dalam arti kata tersebut,  ” Zaid bin Rafi’ berkata  (الْفَسَادُ ظَهَرَ) “Telah nampak kerusakan,” yaitu, terhentinya hujan di daratan yang diiringi oleh masa paceklik serta dari lautan, yaitu yang mengenai binatang-binatangnya. (HR. Ibnu Abi Hatim)
Pendapat pertama lebih jelas serta menjadi pegangan kebanyakan ahli tafsir. Maka firman Allah : (النَّاسِ أَيْدِي كَسَبَتْ بِمَا وَالْبَحْرِ ي الْبَرِّ فِ الْفَسَادُ ظَهَرَ) Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,” yaitu, kekurangan tanaman-tanaman dan buah-buahan disebabkan oleh kemaksiatan.
Abul ‘ Aliyah berkata : “Barang siapa yang berlaku maksiat kepada Allah di muka bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di dalamnya. Karenakebaikan bumi dan langit adalah dengan sebab ketaatan.”
Untuk itu, tercantum di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud :
 ( حًا صَبَا بَعِينَ أَرْ وا يُمْطَرُ أَنْ مِنْ  هْلِهَا أَإِلَى أَحَبُّ ضِ الْأَرْ فِي يُقَامُ لَحَدٌّ )
“Satu hukuman hadd yang ditegakan di muka bumi lebih disukai bagi penghuninya daripada diturunkan hujan kepada mereka (selama) 40 (hari) di pagi hari.” Sebabnya adalah, jika hudud ditegakan, niscaya manusia dan mayoritas mereka akan menahan diri dari melakukan hal-hal yang diharamkan. Dan jika maksiat-maksiat ditinggalkan, maka hal tersebut menjadi sebab tercapainya berbagai berkah dari langit dan bumi. Untuk itu, jika ‘Isa bin Maryam turun di kahir zaman, dia akan berhukum dengan syari’at yang suci ini pada saat itu sebelum membunuh babi, menghancurkan salib dan menghapuskan upeti, maka beliau tidak akan menerima apa pun kecuali Islam atau pedang. Jika pada zaman itu Allah telah membinasakan Dajjal dan para pengikutnya serta Ya’juj dan Ma’Juj, maka dikatakanlah kepada bumi : “Keluarkanlah berkahmu.” Lalu beberapa orang cukup memakan satu delima serta cukup berlindung dengan kulitnya. Susu seekor unta mampu mencukupi sekelompok manusia. Semua itu tidak lain melainkan disebabkan berkah merealisasikan syariat Muhammad , maka setiap kali keadilan ditegakan, semakin banyaklah keberkahan dan kebaikan.
            Tercantum pula di dalam ash-shahighain bahwa jika orang yang jahat mati, niscaya para hamba,kota,pohon, dan binatang-binatang melata akan mendapat ketenangan.
            Dan firman-Nya : ( عَمِلُوا الَّذِي بَعْضَ لِيُذِيقَهُمْ ) Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka.” Yakni menguji mereka dengan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan sebagai suatu ujian dari-Nya dan balasan atas perilaku mereka. (يَرْجِعُونَ لَعَلَّهُمْ ) : “Agar mereka kembali” dari berbagai perilaku kemaksiatan, sebagaimana Allah berfirman: (يَرْجِعُونَ لَعَلَّهُمْ وَالسَّيِّئَاتِ بِالْحَسَنَاتِ وَبَلَوْنَاهُمْ) Dan kami menguji mereka dengan berbagai kebaikan dan keburukan agar mereka kembali” (QS. Al-A’raaf : 168)[4]
3.    Kandungan Makna Ayat

Kandungan dari surah Ar-rum ayat 41, Allah menciptakan alam semesta ini untuk manusia dan manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah ( pemimpin ) di bumi ini, namun manusia kadang yang membuat kerusakan tetapi ia tidak sadar. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk memanfaatkan , mengelola dan memelihara alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan semua makhluk-nya, khususnya manusia.





4.        Asbab An-Nuzul QS. Ar-rum ayat 41

Timbulnya kerusakan baik di darat maupun di laut, adalah sebagai akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Karena merekalah yang ditugaskan Tuhan untuk mengurus bumi ini. Mereka mempunyai inisiatif dan daya kreatif. Sedangkan segala makhluk. selain manusia yang ada di permukaan bumi ini bergerak hanya menurut tabiat dan instinknya yang telah. ditetapkan Allah kepadanya, mereka tidak mempunyai inisiatif (naluri) daya upaya selain dari instink itu. 
Karena itu segala makhluk selain manusia, keadaannya tetap sejak dulu kala sampai sekarang. Mereka tidak mengalami perubahan. Hanya manusia sendirilah yang hidup bermasyarakat dan mempunyai kebebasan. Mereka mempunyai akal dan berkebudayaan. Kebudayaan manusia itu makin lama makin maju sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
            Dalam ayat ini dinyatakan bahwa kerusakan itu timbul di darat dan di laut. Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa "laut" di sini berarti kota-kota besar atau desa-desa yang di pinggir laut. Sedangkan darat artinya kampung-kampung atau desa-desa yang terdapat di darat atau padang pasir. Pernyataan Allah itu merupakan suatu petunjuk bahwa kerusakan itu adalah insidentil sifatnya. Sebelum ada manusia tak ada kerusakan. Tetapi berbarengan dengan adanya manusia maka kerusakan itupun terjadi pula. 
       Kerusakan yang terjadi di permukaan bumi ini mungkin juga timbul karena kesyirikan, keingkaran dan kesesatan manusia. Mereka tak mau menuruti perintah Allah yang disampaikan oleh para Rasul-Nya. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa perkelahian antara Habil dan Qabil, peristiwa kaum Samud, tenggelamnya kaum Nuh dan          lain-lain.  Kemudian ayat 41 ini diteruskan dengan pertanyaan bahwa kerusakan itu terjadi karena ulah tangan manusia itu sendiri.
Ayat 41 ini mengingatkan akan adanya perbuatan jelek, yang sifatnya merusak di permukaan bumi. Dan seterusnya manusia yang berakal hendaknya menjauhi perbuatan jelek itu, dan berbuat sesuatu serta berguna bagi masyarakat. 
Kalimat yang menyatakan bahwa dalam ayat ini agar mereka merasakan sebagian akibat perbuatan jelek mereka itu merupakan rahmat dari Allah SWT. Manusia yang berbuat jelek itu hanya sebagian saja dengan harapan hal itu akan menjadi penghambat bagi mereka untuk tidak berbuat jelek lagi, dan agar mereka kembali kepada Allah SWT. di waktu yang dekat serta berjalan di atas jalan yang benar. 
Andaikata Allah menyiksa semua manusia yang melakukan perbuatan jelek tentu mereka akan hancur semuanya, bahkan semua binatang yang melatapun di bumi ini turut hancur.

5.        Munasabah Antar Ayat

Kata munasabah secara leksikal berarti al-musyakalah (keserupaan) dan al-muqarabah (kedekatan). Dengan demikian, munasabah adalah hubungan sebagian Al-Qur’an dengan sebagian lainnya, baik dalam satu ayat atau dalam beberapa ayat maupun dalam satu surat atau dalam beberapa surat sehingga menjadi, atau dimungkinkan untuk dijadikan, seperti satu kalimat atau satu kesatuan yang utuh makananya, teratur bangunan/susunannya, dan jelas hikmahnya. Al-Qur’an secara menyeluruh merupakan satu kesatuan yang terdiri dari atas bagian-bagian yang saling berhubungan/berkorelasi. Korelasi ini dapat dilihat dari segi struktur logika yang dibangunnya, keharmonisan susunannya, dan adanya kesatiuan dalam kelompok-kelompok secara keseluruhan.[5]

Di bawah ini merupakan Surah Ar-rum ayat 34 yang memiliki keterkaitan/berkaitan dengan surah Ar-rum ayat 41 yang merupakan redaksi dari topic pembicaraan saya dalam makalah ini.


sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ar’rum ayat 34 yang berbunyi:

                                                                     تَعْلَمُونَ فَسَوْفَ فَتَمَتَّعُوا۟ ۚ ءَاتَيْنَٰهُمْ بِمَآ لِيَكْفُرُوا۟
Artinya: “Biarkan mereka mengingkari rahmat yang telah kami beruikan. Dan bersenang-senanglah kamu, maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu).
Kita bisa melihat dari dua contoh ayat yang berbeda namun memikiki munasabah disalah satu mufrodatnya, (1) dari salah satu mufrodat surat Ar’rum ayat 41, عَمِلُو yang artinya,  (akibat perbuatan mereka). Kemudian, (2) dari salah satu mufrodat surat Ar’rum ayat 34 yang berbunyi تَعْلَمُونَ فَسَوْفَ  yang artinya, maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu). Dari kedua contoh ayat tersebut memiliki munasabah yang sudah jelas antar ayat dilihat dari salah satu mufrodatnya. Bagaimana bisa dikatakan memiliki hubungan munasabah yang sudah jelas ? Dalam ayat 34 dijelaskan bahwa Allah membiarkan mereka mengingkari (melanggar) daripada atas rahmat yang telah Allah berikan kepada manusia dan kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu (manusia) itu sendiri, kemudian yang dimaksud dengan “mengetahui akibat perbuatanmu” yang tertera pada ayat 34, di dalam ayat 41 dijelaskan bahwa yang dimaksud “mengetahui akibat perbuatanmu” adalah Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Ayat 41 merupakan jawaban daripada ayat sebelumnya yaitu ayat 34.



6.        Refleksi Penafsiran Ayat
Saya menyusun makalah ini dengan menggunakan metode Tahili dalam tafsir Ibnu Katsir. Dalam menyusun makalah ini saya membahas daripada kandungan ayat Al-Quran yaitu Surah ar-rum ayat 41 yang dalam penafsirannya memiliki hubungan dengan Humman Error Inflation . Menurut penafsiran dari Ibnu Katsir bahwa yang dimaksud “al-barri” adalah padang yang luas. Sedangkan yang dimaksud “al-bahri” adalah kota-kota dan kampong-kampung yang berada di sisi pantai. Kemudian dijelaskan bahwa arti “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi” yaitu, kekurangan tanaman-tanaman dan buah-buahan disebabkan oleh kemaksiatan. Abul’ Aliyah berkata : “Barang siapa yang berlaku maksiat kepada Allah di muka bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di dalamnya. Karena kebaikan bumi dan langit adalah dengan sebab ketaatan.”  Dari perkataan Abdul’ Aliya saya bias menyimpulkan bahwa Humman Error Inflation merupakan akibat daripada kemaksiatan kepada Allah dan kerusakan yang dibuat oleh manusia, sehingga manusia itu sendiri yang mendapatkan malapetaka dari perbuatannya, agar mereka kembali kepada jalan yang benar, jalan yang di ridhoi oleh Allah. Jika kita tidak menginginkan sesuatu yang buruk menimpa kita, maka kita haruslah berwaspada terhadap sesuatu yang kita kerjakan, karena ayat tersebut berbicara tentang perbuatan manusia yang mengingkari allah atas nikmat yang Allah berikan di dunia yang dimana perbuatan manusia tersebut merupakan malapetaka bagi manusia sendiri.





                                                          BAB III
                                                   KESIMPULAN
Dari isi pembahasan di atas bahwa saya membuat makalah ini dengan menjelaskan mulai dari pengertian Humman Error Inflation dan dasar-dasar hokum islam berupa Al-Quran, kemudian di pembahasan juga terdapat isi dari metode tafsir ibnu katsir, dalam tafsir itu dijelaska bahwa yang dimaksud “al-barri” adalah padang yang luas. Sedangkan yang dimaksud “al-bahri” adalah kota-kota dan kampong-kampung yang berada di sisi pantai. Kemudian dijelaskan bahwa arti “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi” yaitu, kekurangan tanaman-tanaman dan buah-buahan disebabkan oleh kemaksiatan. Abul’ Aliyah berkata : “Barang siapa yang berlaku maksiat kepada Allah di muka bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di dalamnya. Karena kebaikan bumi dan langit adalah dengan sebab ketaatan.”  Dari perkataan Abdul’ Aliya saya bias menyimpulkan bahwa Humman Error Inflation merupakan akibat daripada kemaksiatan kepada Allah dan kerusakan yang dibuat oleh manusia, sehingga manusia itu sendiri yang mendapatkan malapetaka dari perbuatannya. Di dalam pembahasan juga terdapat kandungan ayat tersebut, kemudian asbab an’ nuzul, munasabah antar ayat, yang terakhir refleksi terhadap penafsiran.






          
   DAFTAR PUSTAKA

Mukhtar, Naqiyah, 2013,Ulumul Qur’an, Purwokerto: STAIN Press.

Ansori,2013. Ulumul Qur;an, Jakrta: Raja Grafindo Persada.

Naf’an, 2014. EkonomiMakroTinjauanEkonomiSyariah. Jogjakarta: GrahaIlmu.
Katsir, Ibnu, 2004. Tafsir Ibnu Katsir,Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.


[1] Naqiyah Mukhtar,Ulumul Qur’an, Purwokerto: STAIN Press. 2013. hlm.174
[2] Ansori, Ulumul Qur;an,Jakrta: Raja Grafindo Persada. 2013.hlm. 208-209
[3] Naf’an,EkonomiMakroTinjauanEkonomiSyariah, Jogjakarta:GrahaIlmu. 2014.hlm 118.

[4]  Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsi,Bogor:Pustaka Imam Asy-Syafi’I,2004. Hlm. 229-230
[5] Naqiyah Mukhtar, 2013,Ulumul Qur’an, Purwokerto: STAIN Press, hlm. 135

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS UNIVARIAT, BIVARIAT DAN MULTIVARIAT

Penerapan Statistika Dalam Kehidupan Sehari-hari (Fitri Hidayatuz Zahroh)

Distribusi Poisson dan Penerapannya Dalam Kehidupan Sehari-hari