BEKERJA DALAM ISLAM- Tafsir Surat At-Taubah Ayat 105



BEKERJA DALAM ISLAM






Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir dan Hadist Ekonomi Makro
Dosen Pengampu:
Dr.Hj.Naqiah, M.Ag.
Disusun Oleh:
Firanti (1617202094)



PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PURWOKERTO
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.Dalam surat At-Taubah ayat 105 mengandung pesan mulia agar kita bekerja dengan halal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setiap pekerjaan / tingkah laku yang menghasilkan amal / dosa baik besar maupun kecil pasti akan diperlihatkan dengan sejelas - jelasnya pada hari kiamat serta akan mendapat pertanggungjawaban diakhirat kelak. Dan disini akan membahas tentang surat At-Taubah ayat 105 tentang bekerja yang akan ditafsirkan dengan menggunakan metode tafsir Ijmali. Tafsir Ijmali adalah menjelaskan ayat Al-Qur’an secara global dari ayat ke ayat mengikuti tertib mushaf. Yang mana pembahasannya secara populer tidak terlalu mendalam.




PEMBAHASAN

A.    Q.S At-Taubah Ayat 105

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya:
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

B.     Asbabun Nuzul Surat At-Taubah Ayat 105
                        Asbabun nuzul ayat ini tidak secara langsung dijelaskan mengenai sebab turunnya ayat. Dalam kitab Lubabun Nuqul fii Asbabin Nuzul hanya menerangkan sebab turunya ayat sebelumnya, yaitu ayat 102.
                        Dalam kitab tersebut menerangkan tentang peristiwa Abu Lubabah dan lima orang lainya tidak ikut berperang. Peristiwa tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pergi berperang. Kemudian mereka merenung dan menyesal, kemudian mereka berkata “kita akan celaka, kita berada ditempat yang teduh dan tenang bersama kaum wanita, sementara Rasulullah dan kaum mukminin yang bersama beliau sedang berjihad. Kemudian mereka bersumpa, Demi Allah kami akan mengikat tubuh kami di tiang masjid, dan kami tidak akan melepaskannya kecuali jika Rasulullah sendiri yang melepaskannya”. Setelah mereka bersumpah kemudian merekapun melakukan apa yang sudah mereka ucapkan. Akan tetapi tidak semua dari mereka melakukannya, ada tiga orang yang tidak melaksanakan sumpahnya. Sepulang dari peperangan Rasulullah bertanya, “siapakan orang-orang yang terikat ditiang ini?” ada seseorang yang menjawab “ini Abu Lubabah dan kawan-kawannya yang tidak ikut berperang. Mereka bersumpah untuk tidak melepaskan ikatannya kecuali jika Rasulullah sendiri yang melepaskan mereka”. Kemudian Rasulullah bersabda, “aku tidak akan melepaskan mereka kecuali jika aku diperintahkan (oleh Allah SWT)”. Dengan adanya peristiwa ini, lalu Allah menurunkan ayat ke-102 dari surat At-Taubah dan kemudian Rasulullah melepaskan mereka dan memaafkan mereka.
Dan dapat diartikan bahwa asbabun nuzul dari surat At-Taubah ayat 105 adalah karena banyaknya umat yang bertanya bagaimana cara bertaubat dn membersihkan diri dari dosa yang telah diperbuat, maka kemudia turunlah ayat ini agar nabi Muhammad bisa menjelaska dan menerangkan kepada umatnya bagaimana cara bertaubat dan membersihkan diri dari dosa yang telah diperbuat.


C.     Metode Tafsir Ijmali
Tafsir Ijmali adalah menjelaskan ayat Al-Qur’an secara global dari ayat ke ayat mengikuti tertib mushaf. Yang mana pembahasannya secara populer tidak terlalu mendalam, yang dapat diresap oleh orang-orang yang hanya mempunyai bekal ilmu pengetahuan sedikit, sebagai konsumsi untuk orang awam. Adapun karakteristik tafsir ijmali adalah dibahas dengan menggunakan urutan mushaf, ditafsirkan secara global, dangkal dan hanya meliputi yang hanya ditunjuk oleh ayat sehingga dapat terdiri atas beberapa topik sesuai ayat yang sedang dibahas dan dipaparkan secara deskriptif.[1] ()

D.    Tafsir Al-Qur’an
          Tafsir Ijmali adalah menjelaskan ayat Al-Qur’an secara global dari ayat ke ayat mengikuti tertib mushaf.Yang mana pembahasannya secara populer tidak terlalu mendalam. Dalam tafsir Al-Qur’an pada ayat ke-105 dari surah At-Taubah ini Mujtahid berkata: “ayat ini merupakan ancaman dari Allah SWT bagi orang-orang yang melanggar perintah-Nya. Yaitu bahwa amal perbuatan mereka akan ditampakkan kepada Allah Ta’ala, Rasulullah SAW, dan kepada orang-orang yang beriman. Yang demikian itu pasti akan terjadi pada hari kiamat kelak.[2] ()

E.     Isi Kandungan Surat At-Taubah Ayat 105
1.      Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan kepada kaum muslimin bahwa apabila mereka telah melakukan amal-amal saleh, maka Allah dan Rasulullah serta orang-orang mukmin lainnya akan melihat dan menilai amal tersebut.
2.      Mereka akan dikembalikan kedalam akhirat, akan diberikannya ganjaran atas amal yang ytelah mereka perbuat selama hidup didunia.
3.      Peringatan keras terhadap orang yang menyalahi perintah agama bahwa amal merekapun nantinya akan diperlihatkan pula kepada Rasulullah dan kaum mukmin lainnya di hari kiamat.
4.      Agar kita bekerja dengan halal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setiap pekerjaan / tingkah laku yang menghasilkan amal / dosa baik besar maupun kecil pasti akan diperlihatkan dengan sejelas - jelasnya pada hari kiamat serta akan mendapat pertanggungjawaban diakhirat kelak.

F.      Etos Kerja Menurut Surat At-Taubah Ayat 105
        Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Dengan itu, sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat penting serta patut untuk diberi perhatian.  Amalan atau pekerjaan yang demikian selain memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat kelak, apakah masuk golongan ahli surga atau sebaliknya. Istilah ‘kerja’ dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara.
Islam menempatkan kerja atau amal sebagai kewajiban setiap muslim. Kerja bukan sekedar upaya mendapatkan rezeki yang halal guna memenuhi kebutuhan hidup, tetapi mengandung makna ibadah seorang hamba kepada Allah, menuju sukses di akhirat kelak. Oleh sebab itu, muslim mesti menjadikan kerja sebagai kesadaran spiritualnya.
Dengan semangat ini, setiap muslim akan berupaya maksimal dalam melakukan pekerjaannya. la berusaha menyelesaikan setiap tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya dan berusaha pula agar setiap hasil kerjanya menghasilkan kualitas yang baik dan memuaskan. Dengan kata lain, ia akan menjadi orang yang terbaik dalam setiap bidang yang ditekuninya.



PENUTUP

Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, sepertishalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di muka bumi ini.Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuaidengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT.Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggukeajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta segalaisinya diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini,manusia harus berusaha dan bekerja keras dan cerdas.


Referensi
Mukhtar, Naqiyah, 2013, Ulumul Qur’an, Purwokert: STAIN PRESS
Abdullah bin Muhammad Abu Syaikh, 2008, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i



[1]Naqiyah Mukhtar, Ulumul Qur’an, (Purwokert:STAIN PRESS, 2013). Hlm. 102-103
[2]Abdullah bin Muhammad Abu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, (Jakarta,Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2008), hlm259

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS UNIVARIAT, BIVARIAT DAN MULTIVARIAT

Distribusi Poisson dan Penerapannya Dalam Kehidupan Sehari-hari

Penerapan Statistika Dalam Kehidupan Sehari-hari (Fitri Hidayatuz Zahroh)