TAFSIR QS. AL-JUMUAH: 10 DENGAN METODE TAFSIR IJMALI
Nama :
Bya Permadany Maulady
Kelas/
NIM : 4 PS C/ 1617202091
Tugas :
Tafsir dan Hadis Ekonomi Makro
Dosen Pengampu : Dr.Hj.
Naqiyah, M.Ag.
AYAT AL-QUR’AN TENTANG BEKERJA
PENDAHULUAN
Bekerja merupakan
suatu kewajiban bagi semua manusia, karena dengan bekerja manusia dapat
memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, dalam bekerja
membutuhkan kesungguhan atau kerja keras.
Kerja keras
merupakan salah satu dari etos kerja yang dicontohkan Rasulullah SAW.[1]
Islam menganjurkan umatnya agar selalu bekerja keras untuk mencapai keinginan
dan cita-citanya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt. yang
memiliki arti berikut. Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di
dunia secara tegas mengingatkan bahwa kita dilarang hanya mementingkan
kehidupan akhirat, dan melupakan kehidupan dunia. Islam mengajarkan agar
manusia menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Bekerja
untuk dunia harus seimbang dengan beribadah untuk akhirat.
Terdapat ayat
Al-Quran yang menjadi motivasi kita sebagai manusia untuk selalu semangat dalam
bekerja. Bekerja juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh atau dilakukan
dengan kerja keras, sebagaimana dijelaskan dalam Qs. Al-Jumuah: 10 yang akan di
bahas dalam makalah ini.
Kerja keras
merupakan salah satu unsur yang penting dalam bekerja. Oleh karena itu saya
ingin menyusun makalah dengan kajian tafsir Qs. Al-Jumuah:10 yang berhubungan
dengan perintah bekerja dengan sungguh-sungguh atau kerja keras, dengan metode Tafsir
Ijmali.
PEMBAHASAN
A. QS.
Al-Jumuah: 10
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟
فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا
لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya:
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyak supaya kamu
beruntung”.
B.
METODE TAFSIR IJMALI
Tafsir Ijmali adalah menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an secara global, dari ayat ke
ayat mengikuti tertib mushaf. Pembahasannya secara populer tidak terlalu
mendalam, yang dapat diserap oleh orang-orang yang hanya mempunyai bekal ilmu
pengetahuan sedikit, sebagai konsumsi orang awam.[2]
Di antara contohnya adalah Tafsir Jalalayn dan al-Bayan: Tafsir
Penjelas al-Qur’anul Karim karya Teuku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy.
Adapun
karakteristik tafsir Ijmali adalah dibahas dengan mengikuti urutan
mushaf, ditafsirkan secara global, dangkal, dan hanya meliputi yang ditunjuk
oleh ayat sehingga dapat terdiri atas beberapa topik sesuai dengan ayat yang
sedang dibahas dan dipaparkan secara deskriptif.[3]
C.
TAFSIR AL-QUR’AN
( Qs. Al-Jumuah: 10 dengan Metode Tafsir Ijmali )
Tafsir Ijmali adalah merupakan metode tafsir yang menjelaskan ayat secara global
dan dangkal, pada ayat ke 10 surat Al-Jumuah, bahwa Allah menghendaki umat Islam untuk bekerja keras
dalam mencari karunia/rezeki dari Allah.
Dalam ayat ini, Allah menghendaki supaya umat Islam dalam bekerja mendapatkan
untung, atau keberhasilan. Allah dalam hal ini tidak mengharamkan manusia dalam
bekerja untuk mencari rezeki yang banyak dan halal. [4] Boleh bekerja
namun dengan tidak melupakan ibadah, sehingga urusan dunia dan akhirat
seimbang. Hendaklah mengingat Allah sebanyak-banyaknya di dalam mengerjakan
usahanya dengan menghindarkan diri dari kecurangan, penyelewengan dan
lain-lainnya, karena Allah maha mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi
apalagi yang nampak nyata. Dengan demikian tercapailah kebahagiaan dan keberuntungan
di dunia dan di akhirat.
Jadi secara
umum Qs. Al-Jumuah:10 menjelaskan bahwa
Allah menghendaki umat Islam untuk bekerja keras dalam mencari karunia/rezeki dari Allah, dengan
selalu mengingat Allah Swt. sehingga bekerja untuk dunia harus seimbang
dengan beribadah untuk akhirat.
D.
REFLEKSI PENAFSIRAN PENULIS TERHADAP QS. AL-JUMUAH:10
Secara umum, QS. Al-Jumuah: 10 ini menjelaskan bahwa Allah menghendaki umat Islam
untuk bekerja keras dalam mencari
karunia/rezeki dari Allah, dengan selalu mengingat Allah Swt. sehingga bekerja
untuk dunia harus seimbang dengan beribadah untuk akhirat. Jika dilihat dari
sisi teori, bekerja keras termasuk dalam salah satu dari tujuh etos kerja dalam
Islam yang di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW.[5]
Etika / etos dalam bekerja
adalah sebagai pandangan bagaimana melakukan kegiatan yang bertujuan
mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan.[6]
Sebagaimana yang tertera dalam teori tersebut, ada tujuh etos kerja
dalam Islam yang di contohkan Nabi Muhammad SAW. yaitu bekerja sampai tuntas, bekerja dengan
ikhlas, bekerja dengan jujur, bekerja menggunakan teknologi, bekerja dengan
kelompok, bekerja keras, dan bekerja sebagai bentuk pelayanan.
Islam adalah akidah, syariah, dan
amal. Jadi umat Islam tidak cukup hanya melakukan ibadah kepada Allah dan Rasul
saja, tetapi juga dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa bekerja
sebagaimana yang ditentukan Allah SWT.[7]
E. PENUTUP
Kerja keras merupakan salah satu
faktor penting dalam bekerja. Dalam QS. Al-Jumuah: 10 dijelaskan bahwa Allah
menghendaki umat Islam untuk bekerja keras dalam mencari karunia/rezeki dari Allah, dengan
selalu mengingat Allah Swt. sehingga bekerja
untuk dunia harus seimbang dengan beribadah untuk akhirat.
Islam adalah akidah, syariah, dan
amal. Jadi umat Islam tidak cukup hanya melakukan ibadah kepada Allah dan Rasul
saja, tetapi juga dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa bekerja
sebagaimana yang ditentukan Allah SWT.
Sumber:
Dr. Ir. H.
Purwanto, SK., dkk. 2006. Etika
Membangun Masyarakat Islam Modern. (Jakarta Barat: Graha Ilmu: Yogyakarta
dan Universitas Mercubuana). Naqiyah Mukhtar. 2013. Ulumul Qur’an. (
Purwokerto: STAIN PRESS).
[1] Dr. Ir. H.
Purwanto, SK., dkk. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. (Graha
Ilmu: Yogyakarta dan Universitas Mercubuana: Jakarta Barat, 2006). Hlm. 110
[2] Naqiyah
Mukhtar. Ulumul Qur’an. ( Purwokerto: STAIN PRESS, 2013). Hlm. 173
[4]
Dr. Ir. H.
Purwanto, SK., dkk. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. (Graha
Ilmu: Yogyakarta dan Universitas Mercubuana: Jakarta Barat, 2006). Hlm. 101
[5]
Dr. Ir. H.
Purwanto, SK., dkk. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. (Graha
Ilmu: Yogyakarta dan Universitas Mercubuana: Jakarta Barat, 2006). Hlm. 110
[6]
Ibid. Hlm.
100
Komentar
Posting Komentar